MATA KULIAH PERSPEKTIF GEOGRAFI
KAJIAN FENOMENA GEOSFER LUMPUR LAPINDO
DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. DEWI
LIESNOOR, M.Si
Disusun oleh Budi Santoso
NIM. 0309015022
What (apa) fenomena apa yang terjadi ?
Fenomena semburan Lumpur panas
(mud fow)
Where (dimana). Dimana lokasi fenomena tersebut berada ?
Lokasi Fenomena semburan Lumpur
panas lapindo secara geografi terletak di di Desa Renokenongo, Kecamatan
Porong, Kabupaten Sidoarjo Tak jauh dari lokasi semburan terdapat jalan tol
Surabaya-Gempol, jalan raya Surabaya-Malang dan Surabaya-Pasuruan-Banyuwangi
(jalur pantura timur), serta jalur kereta api lintas timur Surabaya-Malang dan
Surabaya-Banyuwangi,Indonesia Jawa Timur.
When (kapan). Kapan terjadinya terjadinya peristiwa ini?
Peristiwa
ini terjadi 27 Mei 2006
Why ( mengapa).
Mengapa fenomena Lumpur lapindo terjadi ?
Setidaknya ada 2
aspek yang menyebabkan terjadinya semburan lumpur panas tersebut.
Pertama, adalah aspek teknis. Pada awal tragedi,
Lapindo bersembunyi di balik gempa tektonik Yogyakarta
yang terjadi pada hari yang sama. Hal ini didukung pendapat yang menyatakan
bahwa pemicu semburan lumpur (liquefaction)
adalah gempa (sudden
cyclic shock) Yogya yang mengakibatkan kerusakan sedimen.7 Namun,
hal itu dibantah oleh para ahli, bahwa gempa di Yogyakarta yang terjadi karena
pergeseran Sesar Opak tidak berhubungan dengan Surabaya.8 Argumen liquefaction lemah karena biasanya terjadi
pada lapisan dangkal, yakni pada sedimen yang ada pasir-lempung, bukan pada
kedalaman 2.000-6.000 kaki.9 Lagipula, dengan merujuk gempa di California
(1989) yang berkekuatan 6.9 Mw, dengan radius terjauh likuifaksi terjadi pada
jarak 110 km dari episenter gempa, maka karena gempa Yogya lebih kecil yaitu
6.3 Mw seharusnya radius terjauh likuifaksi kurang dari 110 Km.10 Akhirnya,
kesalahan prosedural yang mengemuka, seperti dugaan lubang galian belum sempat
disumbat dengan cairan beton sebagai sampul. Diakui bahwa semburan gas Lapindo
disebabkan pecahnya formasi sumur pengeboran.12 Sesuai dengan desain awalnya, Lapindo
harus sudah memasang casing
30 inchi pada kedalaman 150 kaki, casing
20 inchi pada 1195 kaki, casing
(liner) 16 inchi pada 2385 kaki dan casing 13-3/8 inchi pada 3580 kaki.13
Ketika Lapindo mengebor lapisan bumi dari kedalaman 3580 kaki sampai ke 9297
kaki, mereka belum memasang casing
9-5/8 inci. Akhirnya, sumur menembus satu zona bertekanan tinggi yang
menyebabkan kick,
yaitu masuknya fluida formasi tersebut ke dalam sumur. Sesuai dengan prosedur
standar, operasi pemboran dihentikan, perangkap Blow Out Preventer (BOP) di rig segera
ditutup & segera dipompakan lumpur pemboran berdensitas berat ke dalam
sumur dengan tujuan mematikan kick.
Namun, dari informasi di lapangan, BOP telah pecah sebelum terjadi semburan
lumpur. Jika hal itu benar maka telah terjadi kesalahan teknis dalam pengeboran
yang berarti pula telah terjadi kesalahan pada prosedur operasional
Kedua, aspek ekonomis. Lapindo Brantas Inc. adalah
salah satu perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang ditunjuk BP-MIGAS
untuk melakukan proses pengeboran minyak dan gas bumi. Saat ini Lapindo
memiliki 50% participating
interest di wilayah Blok Brantas, Jawa Timur. Dalam kasus
semburan lumpur panas ini, Lapindo diduga “sengaja menghemat” biaya operasional
dengan tidak memasang casing. Jika dilihat dari perspektif ekonomi,
keputusan pemasangan casing berdampak pada besarnya biaya yang
dikeluarkan Lapindo. Medco, sebagai salah satu pemegang saham wilayah Blok
Brantas, dalam surat bernomor MGT-088/JKT/06, telah memperingatkan Lapindo
untuk memasang casing (selubung bor) sesuai dengan standar operasional
pengeboran minyak dan gas. Namun, entah mengapa Lapindo sengaja tidak memasang casing,
sehingga pada saat terjadi underground blow out, lumpur yang ada di
perut bumi menyembur keluar tanpa kendali.
Who ( Siapa) siapa yang bertanggung jawab terhadap peristiwa ini,
siapa yang menjadi korban .
Yang bertanggung jawab
terhadap peristiwa ini adalah PT Lapindo Brantas sebagai perusahaan yang
melakukan kegiatan pengeboran minyak secara tidak tepat.
Yang menjadi korban dalam fenomena
ini adalah penduduk yang berada di daerah sekitar lokasi semburan, antara lain penduduk
Ds.Renokenongo pada khususnya dan rakyat jawa timur pada umumnya yang
memanfaatkan akses jalan Tol maupun transportasi kereta api yang terkena dampak
semburan Lumpur Lapindo.
How (bagaimana) Bagaimanakah cara menanggulangi fenomena semburan
Lumpur lapindo ini ?
Ada pihak-pihak yang mengatakan
luapan lumpur ini bisa dihentikan, dengan beberapa skenario dibawah ini, namun
asumsi luapan bisa dihentikan sampai tahun 2009 tidak berhasil sama sekali,
yang mengartikan luapan ini adalah fenomena alam.
Skenario
pertama, menghentikan luapan lumpur dengan menggunakan snubbing
unit pada sumur Banjar Panji-1. Snubbing unit adalah suatu sistem
peralatan bertenaga hidrolik yang umumnya digunakan untuk pekerjaan well-intervention
& workover (melakukan suatu pekerjaan ke dalam sumur yang sudah
ada). Snubbing unit ini digunakan untuk mencapai rangkaian mata bor
seberat 25 ton dan panjang 400 meter yang tertinggal pada pemboran awal.
Diharapkan bila mata bor tersebut ditemukan maka ia dapat didorong masuk ke
dasar sumur (9297 kaki) dan kemudian sumur ditutup dengan menyuntikan semen dan
lumpur berat. Akan tetapi skenario ini gagal total. Rangkaian mata bor tersebut
berhasil ditemukan di kedalaman 2991 kaki tetapi snubbing unit gagal
mendorongnya ke dalam dasar sumur.
Skenario
kedua dilakukan dengan cara melakukan pengeboran miring (sidetracking)
menghindari mata bor yang tertinggal tersebut. Pengeboran dilakukan dengan
menggunakan rig milik PT Pertamina (persero). Skenario kedua ini juga gagal
karena telah ditemukan terjadinya kerusakan selubung di beberapa kedalaman
antara 1.060-1.500 kaki, serta terjadinya pergerakan lateral di lokasi pemboran
BJP-1. Kondisi itu mempersulit pelaksanaan sidetracking. Selain itu
muncul gelembung-gelembung gas bumi di lokasi pemboran yang dikhawatirkan
membahayakan keselamatan pekerja, ketinggian tanggul di sekitar lokasi pemboran
telah lebih dari 15 meter dari permukaan tanah sehingga tidak layak untuk
ditinggikan lagi. Karena itu, Lapindo Brantas melaksanakan penutupan secara
permanen sumur BJP-1.
Skenario
ketiga, pada tahap ini, pemadaman lumpur dilakukan dengan terlebih
dulu membuat tiga sumur baru (relief well). Tiga lokasi tersebut
antara lain: Pertama, sekitar 500 meter barat daya Sumur Banjar Panji-1. Kedua,
sekitar 500 meter barat barat laut sumur Banjar Panji 1. Ketiga, sekitar utara
timur laut dari Sumur Banjar Panji-1.
izin save
BalasHapus.
BalasHapus